Saat ini saya sedang menempuh pendidikan
magister saya di Universitas Indonesia (UI), mempunyai kesempatan kuliah di
universitas yang sedang berbenah menjadi kampus riset yang go internasional serta
hidup dan tinggal di ibu kota adalah impian saya semenjak sejak dulu. Pertama
kali saya menginjakkan kaki di kampus yang berlokasi di Depok dan memiliki 6
danau dan luasnya mencapai 300 Hektar ini, saya merasa suasanya sangat asri,
kiri kanan ruas jalan terdapat banyak pohon besar yang menyediakan cukup stok udara segar bagi kami
pejalan kaki. Di sini, banyak sekali mahasiswa yang lebih memilih jalan kaki di
seputaran kampus meskipun jaraknya tidaklah dekat antara satu gedung dengan
gedung lainnya, kalaupun sesekali malas jalan kaki, kampus menyediakan Bikun
alias Bis Kuning yang bisa diakses setiap kurang lebih 5 menit sekali, atau
pilihan lainnya mahasiswa diperbolehkan meminjam sepeda kuning yang disediakan
oleh kampus yang disertai jalan khusus bagi pengayuh sepeda (bike way) yang berjarak total 20
killometer ini. Kedua fasilitas umum ini free
bagi penghuni kampus, hanya saja khusus untuk sepeda kuning, mahasiswa
diwajibakan untuk meninggalkan kartu mahasiswanya (KTM) terlebih dahulu sebelum
menggunakan sepeda kuning tersebut yang bisa digunakan sepanjang hari di
pekarangan kampus. Universitas Indonesia sendiri pada akhir tahun 2011 yang
lalu dinobatkan sebagai kampus terhijau di Indonesia dan menduduki peringkat
ke-22 dalam 30 besar di dunia menurut “UI Green Metric of World Universitites
2011”, UI juga memiliki perpustakaan raksasa seluas 30.000 meter persegi yang ramah
lingkungan (eco friendly), yang
bagian atas atapnya ditutupi oleh rumput hidup guna mendinginkan ruangan di
dalamnya sehingga dapat mengurangi sampai 15% penggunaan alat pendingin. Hal
ini juga diharapkan akan mampu mengurangi efek rumah kaca yang terjadi akibat
global warming. Ditambah lagi, adanya
larangan merokok di sekitar kampus yang diatur dalam Surat Keputusan Rektor UI
Nomor 1805/SK/R/UI/2011. Ini menunjukkan adanya keseriusan pejabat kampus
menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman untuk penghuni kampus. Nah bagi
yang ingin kuliah di tempat yang bergengsi tapi tidak ingin jauh-jauh
sepertinya Universitas Indonesia adalah tempat yang cocok.
Kehidupan di kota Jakarta sendiri, mungkin banyak
orang lebih mengenalnya sebagai kota yang sarat dengan problematika sosialnya seperti
macet, banjir, individualis, dan premanisme, padahal di sisi lain, Jakarta
menyimpan banyak cerita dan pastinya sangat menarik untuk dikunjungi. Banyak juga
hal-hal positif yang bisa kita temukan di sini, seperti antusias masyarakatnya bila
kita menanyakan alamat suatu tempat, ini pastinya jauh dari kesan individualis,
hal ini mungkin dikarenakan lebih dari sebagian penduduk ibu kota adalah
pendatang, seperti yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (Disdukcapil) DKI bahwa jumlah pendatang di Jakarta sampai tahun
ini mencapai 54.757 jiwa yang memilih untuk tinggal dan menetap di Jakarta,
jadi wajar rasanya bila ada perasaan sebagai sama-sama pendatang untuk saling
menolong sekedar menjelaskan dan menunjukkan arah dan jalan di Jakarta. Di
dalam kereta api (Commuter line) pun, laki-laki akan mendahulukan ibu-ibu atau
wanita nya terlebih dahulu yang duduk dan semua kereta api di Jakarta kini sudah dilengkapi dengan fasilitas AC
yang bagian depan dan belakangnya tersedia gerbong khusus wanita, juga tidak
diperbolehkan merokok dan ada penjual di dalamnya. Di dalam gerbong wanita ini
pun tanpa dikomando pasti penumpang akan mendahulukan ibu-ibu hamil untuk duduk
kalau memang keretanya lagi penuh. Harganya pun sangat-sangat murah hanya berkisar
antara Rp.2.000,00 – 3.500,00, per rute perjalanan yang menghubungkan Jakarta
dengan lokasi-lokasi suburbannya, commuter melayani lintas Jakarta-Bogor
(Pulang Pergi/PP), Jakarta-Tanahabang (PP), Jakarta-Bekasi (PP), Jakarta-Tangerang (PP), dan Jakarta-Serpong (PP).
Dapat dipastikan kita akan terbebas dari macet bila berpegian dengan commuter
line ini, hanya saja peraturan baru dari PT.Kereta Api Indonesia yang ditetapkan
sejak awal bulan Agustus yang lalu bahwa setiap penumpang wajib membayar uang
jaminan kartu sebesar Rp.5.000,- yang dapat di refund (ditukarkan kembali dengan uang) apabila kita sudah selesai
berpergian. Di sisi lain, di sini harga barang seperti pakaian, alat elektronik
dan makanan sangatlah murah, jauh sekali
dari harga di Aceh. Di Tanah Abang misalnya sebagai pusat grosir terbesar di
Asia Tenggara, harga pakaian di sini bisa mencapai 50-75% lebih murah. Banyak
juga tempat-tempat wisata lainnya yang sangat menarik untuk dikunjungi
antaranya Kota Tua Jakarta yang memiliki museum-museum yang menyimpan banyak
barang-barang bersejarah kota Jakarta pada masa Belanda dulu, Monumen Nasional
(Monas) sebagai landmark Jakarta,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kebun binatang ragunan, dan lain sebagainya.
Kota tua Jakarta
No comments:
Post a Comment